Mask carving is a traditional craft that still exists today. Masks are usually used for dancing or only used as decoration. Because of its beauty, this mask has even been recognized to foreign countries.
One of these masks belongs to Sujiman, a craftsman from Bobung Hamlet, Putat Village, Patuk District, Gunungkidul, whose beauty has been recognized by a number of foreigners who have come to his house. Even the mask was once offered up to Rp. 60 million rupiah.
But for some other reason he didn't want to sell his mask. According to him, the mask was a silent witness to his journey as long as he was a craftsman. Because the mask is the first mask that he made himself when he started his career as a craftsman in 1973.
The mask is now 47 years old. Even so, unfortunately, Sujiman took very good care of the mask. Sujiman also said that he would never sell the mask even at a high price offer
Fantastis! Topeng Milik Perajin Gunungkidul Pernah Ditawar Rp 60 jutaKerajinan Topeng ukir merupakan kerajinan tradisional yang masih eksis hingga sekarang. Topeng biasanya digunakan untuk menari atau hanya digunakan sebagai hiasan saja. Karena keindahannya, topeng ini bahkan sudah diakui hingga ke mancanegara.
Salah satunya topeng miliki Sujiman, pengrajin asal Dusun Bobung, Desa Putat, kecamatan patuk, Gunungkidul, keindahannya sudah diakui oleh sejumlah warga asing yang datang kerumahnya. Bahkan topeng tersebut pernah di tawar hingga Rp 60 juta rupiah.
Namun karena suatu alasan lain ia tidak mau menjual topengnya. Menurutnya topeng tersebut adalah saksi bisu perjalanannya selama ia jadi perajin. Pasalnya topeng tersebut merupakan topeng pertama yang ia buat sendiri pada saat ia memulai kariernya menjadi perajin pada tahun 1973.
Kini usia topeng tersebut sudah mencapai 47 tahun. Bahkan saking sayangnya, sujiman merawat topeng tersebut sangat baik. Sujiman juga menuturkan bahwa tidak akan pernah menjual topeng tersebut meskipun dengan tawaran harga yang tinggi.